Di era di mana kesadaran kesehatan mental berada di garis depan wacana publik, sebuah tinjauan sejarah baru menyoroti kontribusi Perancis yang sering diabaikan terhadap pemahaman kita tentang depresi. Diterbitkan di Psikiatri GenomikKenneth S. Kendler dan Virginia Justis dari Virginia Commonwealth University meneliti monograf Perancis tahun 1897 yang membantu membentuk konsep modern tentang melankolia dan depresi.
Tinjauan ini berfokus pada “La Mélancolie” oleh Jacques Roubinovitch dan Édouard Toulouse, sebuah karya komprehensif setebal 420 halaman yang sebagian besar diabaikan dalam literatur psikiatri berbahasa Inggris. Dr Kendler berpendapat bahwa teks ini memainkan peran di dunia Francophone sebanding dengan monografi Jerman berpengaruh Richard von Krafft-Ebing dari tahun 1874.
“Kami telah menemukan bagian yang hilang dalam teka-teki tentang bagaimana pemahaman modern kita tentang depresi berkembang,” kata Dr. Kendler. “Teks berbahasa Prancis ini menawarkan gambaran jelas tentang melankolia yang sangat selaras dengan kriteria diagnostik kontemporer.”
Untuk memfasilitasi akses yang lebih luas terhadap karya bersejarah ini, penulis telah menyediakan terjemahan bahasa Inggris yang ekstensif, meskipun sebagian, dari buku asli Perancis sebagai Materi Tambahan, tersedia secara online secara gratis dan dilampirkan pada PDF makalah tersebut. Terjemahan ini memungkinkan para peneliti dan peminat untuk menyelidiki secara langsung konteks sejarah yang kaya dan pengamatan rinci Roubinovitch dan Toulouse.
Temuan utama dari tinjauan ini meliputi:
- Roubinovitch dan Toulouse memberikan penjelasan rinci tentang gejala, tanda, subtipe, dan hasil melankolia, menyaingi deskripsi dalam tradisi Inggris dan Jerman.
- Para penulis mengenali bentuk melankolia non-psikotik, menandai pergeseran dari konsep gangguan sebelumnya.
- Mereka menekankan penderitaan psikologis disertai kepasrahan dan “penurunan psikofisik” sebagai ciri inti melankolia.
- Teks tersebut mencerminkan model psikofisiologis melankolia yang berpengaruh pada abad ke-19 sebagai “sakit mental” atau psikalgia.
- Roubinovitch dan Toulouse memperhatikan pengalaman hidup pasien, menyentuh tema-tema yang kini menjadi pusat studi fenomenologis tentang depresi.
Tinjauan ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang sifat kemajuan ilmiah di bidang psikiatri. Apa perbedaan pemahaman kita tentang depresi jika karya Perancis ini dikenal lebih luas? Teks sejarah apa lagi yang terabaikan yang mungkin memberikan wawasan berharga bagi penelitian kesehatan mental modern?
Virginia Justis mencatat, “Roubinovitch dan Toulouse dengan cerdik mengamati bahwa diagnosis psikiatri tertinggal dibandingkan bidang kedokteran lainnya. Mereka memandang kategori-kategori tersebut sebagai 'pengelompokan gejala sementara' yang suatu saat akan digantikan oleh konsepsi yang lebih tepat. Wawasan ini tetap relevan saat ini seiring kami terus menyempurnakan kerangka diagnostik kami.”
Studi ini juga menyoroti upaya penulis untuk mengembangkan teori psikologis untuk pembentukan delusi pada melankolia. Bagaimana formulasi awal ini dibandingkan dengan model depresi kognitif kontemporer? Bisakah peninjauan kembali wawasan sejarah ini memicu pendekatan baru untuk memahami dan mengobati gejala depresi?
Menariknya, tinjauan tersebut mengungkapkan bahwa William James, psikolog dan filsuf Amerika terkenal, berkonsultasi dengan karya Roubinovitch dan Toulouse saat menulis “Varieties of Religious Experience” yang terkenal. Hubungan tak terduga ini menimbulkan pertanyaan tentang pengaruh pemikiran psikiatri Perancis yang lebih luas terhadap psikologi dan filsafat awal abad ke-20.
Ketika penelitian kesehatan mental semakin berfokus pada obat-obatan dan biomarker yang dipersonalisasi, perspektif sejarah ini menawarkan pengingat yang tepat waktu akan pentingnya observasi klinis yang cermat dan perhatian terhadap pengalaman subjektif pasien. Bagaimana kita dapat mengintegrasikan pendekatan yang telah lama ada ini dengan penelitian ilmu saraf dan genetika yang mutakhir?
Temuan penelitian ini menantang pandangan Anglo-sentris tentang sejarah psikiatri, dan menyoroti perlunya perspektif global yang lebih inklusif dalam pengembangan konsep kesehatan mental. Kontribusi bahasa non-Inggris apa lagi yang mungkin kita abaikan? Bagaimana pemahaman sejarah yang lebih beragam dapat menjadi masukan bagi perdebatan terkini mengenai kebijakan dan praktik kesehatan mental?
Tinjauan ini tidak hanya mengisi kesenjangan dalam pengetahuan historis kita tetapi juga memberikan konteks berharga untuk diskusi berkelanjutan tentang sifat dan klasifikasi gangguan mental. Saat kita terus bergulat dengan meningkatnya angka depresi di seluruh dunia, wawasan dari masa lalu dapat membantu menerangi jalan ke depan dalam penelitian, diagnosis, dan pengobatan.