Perempuan dalam dunia olahraga di India telah membuat kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, mengatasi tantangan signifikan untuk mencapai kesuksesan di panggung nasional dan internasional:
a. Konteks Sejarah:
Pelopor Awal: Wanita seperti PT Usha dan Karnam Malleswari meletakkan dasar bagi generasi mendatang. PT Usha, yang dikenal sebagai “Payyoli Express,” adalah salah satu atlet wanita India pertama yang memperoleh pengakuan internasional. Karnam Malleswari menjadi wanita India pertama yang memenangkan medali Olimpiade (perunggu dalam angkat beban) di Olimpiade Sydney 2000.
b. Prestasi Modern:
Bulutangkis: Saina Nehwal dan PV Sindhu berperan penting dalam menarik perhatian terhadap olahraga wanita di India. PV Sindhu mengukir sejarah dengan memenangkan medali perak di Olimpiade Rio 2016 dan perunggu di Olimpiade Tokyo 2020. Ia juga menjadi wanita India pertama yang memenangkan Kejuaraan Dunia BWF pada tahun 2019.
Tinju: Mary Kom, juara dunia enam kali dan peraih medali perunggu Olimpiade, adalah salah satu atlet wanita paling terkenal di India. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak calon petinju wanita di negara ini.
Kriket: Tim kriket wanita India telah memperoleh perhatian dan dukungan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Mithali Raj dan Harmanpreet Kaur telah menjadi tokoh penting dalam transformasi ini. Mithali Raj, pencetak skor tertinggi dalam kriket internasional wanita, telah memimpin tim tersebut ke beberapa pertandingan yang sukses, termasuk mencapai final Piala Dunia Wanita ICC 2017. Smriti Mandhana dan Shafali Verma adalah bintang lain yang telah membawa pengakuan terhadap olahraga ini.
Gulat: Pegulat seperti Sakshi Malik, yang memenangkan medali perunggu di Olimpiade Rio 2016, dan Vinesh Phogat telah menjadi simbol kekuatan dan tekad. Kakak beradik Phogat, terutama Geeta dan Babita, juga telah memberikan kontribusi signifikan dalam memopulerkan gulat di kalangan wanita di India.
Hoki: Tim hoki wanita India telah menunjukkan peningkatan yang luar biasa, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Mereka berhasil mencapai semifinal di Olimpiade Tokyo 2020, menandai salah satu penampilan terbaik mereka dalam sejarah. Rani Rampal, sang kapten, dan pemain lain seperti Vandana Katariya telah berperan penting dalam keberhasilan ini.
c. Skema Pemerintah:
Pemerintah India telah memperkenalkan berbagai skema seperti Khelo India dan Target Olympic Podium Scheme (TOPS) untuk mendukung atlet, termasuk atlet wanita. Prakarsa ini menyediakan bantuan keuangan, pelatihan, dan kesempatan untuk mengikuti kompetisi internasional. Masa depan wanita dalam bidang olahraga di India tampak menjanjikan, dengan dukungan, visibilitas, dan kesuksesan yang semakin meningkat di platform global.
Latar belakang olahraga wanita
Keterlibatan perempuan dalam olahraga memiliki sejarah yang kaya dan beragam, dibentuk oleh faktor budaya, sosial, dan politik. Asal usul dan latar belakang perempuan dalam olahraga dapat dipahami dalam beberapa tahap, dari zaman kuno hingga era modern:
a. Zaman Kuno:
Peradaban Kuno: Di Yunani kuno, Olimpiade merupakan ajang khusus laki-laki, tetapi perempuan juga memiliki kompetisi atletik mereka sendiri, seperti Olimpiade Heraean, yang diadakan untuk menghormati dewi Hera. Akan tetapi, ajang ini tidak terlalu terkenal dibandingkan Olimpiade yang didominasi laki-laki. Di budaya kuno lainnya, partisipasi perempuan dalam olahraga sering kali terbatas atau bahkan tidak ada, yang mencerminkan norma sosial yang lebih luas yang membatasi peran perempuan.
Tradisi Kuno India: Di India, teks-teks kuno seperti Weda menyebutkan wanita terlibat dalam aktivitas fisik seperti memanah dan gulat. Namun, praktik-praktik tersebut tidak tersebar luas dan sebagian besar terbatas pada keluarga kerajaan atau komunitas tertentu. Fokusnya lebih pada peran tradisional wanita, dan partisipasi dalam olahraga tidak umum dianjurkan.
b. Periode Abad Pertengahan:
Selama periode abad pertengahan, partisipasi perempuan dalam olahraga semakin menurun. Sistem feodal dan patriarki di banyak budaya, termasuk di Eropa dan Asia, memberikan batasan ketat pada peran perempuan, membatasi mereka sebagian besar pada ranah domestik. Namun, di beberapa budaya, perempuan tetap terlibat dalam permainan tradisional dan aktivitas fisik, meskipun dalam skala yang jauh lebih kecil.
Sekitar abad ke-19 dan awal abad ke-20:
Era Victoria: Abad ke-19 menandai titik balik bagi wanita dalam bidang olahraga, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Munculnya gerakan hak-hak wanita menyebabkan meningkatnya advokasi untuk partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan publik, termasuk olahraga. Namun, olahraga untuk wanita sering kali dibatasi pada hal-hal yang dianggap “pantas”, seperti tenis lapangan, kroket, dan menunggang kuda, yang dianggap lebih sopan dan tidak terlalu menuntut fisik.
Gerakan Olimpiade: Olimpiade modern, yang dihidupkan kembali pada tahun 1896, awalnya tidak mengikutsertakan wanita. Pendiri Olimpiade modern, Pierre de Coubertin, percaya bahwa keikutsertaan wanita akan menjadi “tidak praktis, tidak menarik, dan tidak tepat.” Namun, wanita memulai debutnya di Olimpiade Paris 1900 dalam cabang olahraga seperti tenis dan golf, yang menandai dimulainya keterlibatan mereka secara bertahap dalam arena olahraga global.
Pelopor: Awal abad ke-20 menyaksikan munculnya atlet wanita yang menantang norma-norma sosial. Di Amerika Serikat, atlet seperti Alice Milliat dan Babe Didrikson Zaharias berperan penting dalam mempromosikan olahraga wanita. Milliat, khususnya, mengkampanyekan partisipasi wanita dalam atletik, yang berujung pada pembentukan Women's World Games pada tahun 1920-an.
Pada dekade-dekade berikutnya, partisipasi perempuan dalam kompetisi olahraga internasional meningkat secara signifikan selama periode ini. Olimpiade mulai mencakup lebih banyak cabang olahraga untuk perempuan, dan pada akhir abad ke-20, atlet perempuan berkompetisi di hampir semua cabang olahraga yang sama dengan atlet laki-laki.
Perkembangan dan tantangan terkini
Dalam konteks ini, pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, liga profesional untuk wanita di berbagai cabang olahraga telah terbentuk, seperti WNBA (Women's National Basketball Association) di Amerika Serikat. Liga-liga ini menyediakan lebih banyak kesempatan bagi wanita untuk menekuni olahraga sebagai karier, meskipun mereka sering menghadapi tantangan seperti gaji yang lebih rendah dan liputan media yang lebih sedikit dibandingkan dengan rekan-rekan pria mereka.
Globalisasi: Globalisasi olahraga juga berdampak signifikan pada partisipasi perempuan. Organisasi internasional seperti Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan FIFA semakin menekankan kesetaraan gender. Dimasukkannya olahraga perempuan dalam acara global besar seperti Piala Dunia Perempuan FIFA dan Olimpiade telah meningkatkan profil atlet perempuan.
Tantangan dan Kemajuan: Meskipun ada kemajuan, perempuan dalam bidang olahraga masih menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk kesenjangan gaji, representasi media, dan kesempatan yang terbatas di beberapa negara. Namun, visibilitas atlet perempuan yang sukses dan advokasi yang berkelanjutan untuk kesetaraan gender dalam olahraga telah menghasilkan dukungan dan pengakuan yang semakin besar.
Perubahan Persepsi: Meningkatnya visibilitas wanita dalam olahraga telah memainkan peran penting dalam mengubah persepsi masyarakat tentang peran gender. Atlet wanita kini dipandang sebagai panutan, yang menginspirasi generasi muda perempuan untuk menekuni olahraga.
Keberhasilan perempuan dalam berbagai cabang olahraga juga berkontribusi pada gerakan yang lebih luas untuk kesetaraan gender. Dengan demikian, masa depan perempuan dalam bidang olahraga semakin cerah, dengan lebih banyak kesempatan, pengakuan, dan dukungan. Upaya berkelanjutan untuk mengatasi tantangan seperti upah yang tidak setara, representasi media, dan akses ke fasilitas akan menjadi krusial dalam memastikan bahwa perempuan dalam bidang olahraga terus berkembang secara global.