Lanskap ekonomi Asia Tenggara sedang dibentuk kembali dengan meningkatkan kerja sama antara ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Pada tahun 2024, seiring dengan pemulihan ekonomi global dari dampak pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung, negara-negara tersebut semakin mengintensifkan kemitraan ekonominya.
Perjanjian perdagangan, investasi infrastruktur, dan transformasi digital berperan sebagai pendorong utama pertumbuhan, dan ASEAN memainkan peran penting sebagai pusat kolaborasi regional ini. Meskipun demikian, tantangan seperti proteksionisme geopolitik dan ketidakseimbangan perdagangan masih tetap ada. Esai ini menyatakan bahwa integrasi ekonomi ASEAN dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan siap untuk meningkatkan pertumbuhan di Asia Tenggara. Pengelolaan risiko regional dan ketidakseimbangan perdagangan secara hati-hati sangat penting untuk memastikan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Posisi Ekonomi Strategis ASEAN Tahun 2024
Pada tahun 2024, ASEAN terus menjadi pusat integrasi ekonomi Asia Tenggara, berfungsi sebagai jembatan antara negara-negara besar seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan dan pasar global. Dengan PDB kolektif melebihi $3 triliun, ASEAN telah memantapkan dirinya sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global, khususnya di sektor manufaktur dan teknologi. Kinerja perekonomian kawasan pada tahun 2024 menunjukkan ketahanan meskipun terjadi guncangan eksternal.
Menurut Sekretariat ASEAN, PDB kawasan ini diproyeksikan akan stabil pada angka 5,2%, didukung oleh peningkatan volume perdagangan dan peningkatan investasi asing langsung (FDI), khususnya dari mitra-mitranya di Asia Timur Laut. ASEAN telah membuktikan kemampuannya dalam menavigasi lingkungan geopolitik dan ekonomi yang kompleks, menyeimbangkan hubungan antara negara-negara besar sekaligus mendorong integrasi regional.
Penerapan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) 2025 telah menjadi pendorong kebijakan yang signifikan dalam mendorong integrasi yang lebih dalam. Dengan menyederhanakan peraturan perdagangan, mengurangi hambatan tarif, dan memfasilitasi perdagangan intra-ASEAN yang lebih besar, MEA telah memperkuat posisi ASEAN dalam rantai nilai global. Selain itu, inisiatif digitalisasi ASEAN yang sedang berjalan memposisikan kawasan ini sebagai pemain kunci dalam ekonomi digital, dan Jepang dan Korea Selatan muncul sebagai mitra penting dalam transformasi ini.
Pengaruh Tiongkok yang Meluas di Asia Tenggara
Pengaruh ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara terus berkembang pada tahun 2024, didorong secara signifikan oleh Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) dan hubungan perdagangan yang berkelanjutan dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Khususnya, total perdagangan Tiongkok dengan ASEAN melebihi $1 triliun pada tahun 2023, menempatkan ASEAN sebagai mitra dagang terbesarnya.
Investasi di bidang infrastruktur, khususnya melalui BRI, telah memperkuat hubungan ekonomi Tiongkok dengan negara-negara ASEAN, yang dicontohkan oleh inisiatif seperti Kereta Api Tiongkok-Laos dan berbagai pengembangan pelabuhan yang memberikan manfaat jangka panjang bagi perdagangan. Pada tahun 2024, Tiongkok telah mengalihkan fokusnya dari proyek infrastruktur tradisional ke sektor-sektor baru, termasuk ekonomi digital dan energi ramah lingkungan. Perusahaan-perusahaan Tiongkok semakin banyak berinvestasi dalam infrastruktur teknologi di seluruh ASEAN, yang mencakup jaringan 5G, komputasi awan, dan kecerdasan buatan. Investasi-investasi ini secara signifikan mengubah perekonomian ASEAN dengan meningkatkan konektivitas digital dan mendorong inovasi.
Misalnya, partisipasi Tiongkok dalam inisiatif Smart Nation di Singapura telah menghasilkan kemajuan dalam teknologi kota pintar, sementara kolaborasi Tiongkok dengan Thailand dan Indonesia di sektor kendaraan listrik (EV) membuka jalan menuju solusi transportasi berkelanjutan. Namun, pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga menghadirkan tantangan. Ketidakseimbangan perdagangan antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN tertentu masih menjadi kekhawatiran, karena banyak perekonomian ASEAN menjadi sangat bergantung pada impor Tiongkok. Selain itu, ketegangan geopolitik, khususnya terkait Laut Cina Selatan, terus memperumit hubungan Tiongkok-ASEAN. Seiring dengan meluasnya pengaruh Tiongkok, ASEAN harus mengatasi kompleksitas ketergantungan ekonominya pada Tiongkok sekaligus mengupayakan diversifikasi kemitraan.
Peran Jepang dalam Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
Jepang terus memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi ASEAN, khususnya melalui infrastruktur berkualitas tinggi dan kemitraan teknologi. Pada tahun 2024, keterlibatan ekonomi Jepang dengan ASEAN dipusatkan pada strategi Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka (FOIP), yang menekankan konektivitas, supremasi hukum, dan pembangunan berkelanjutan. Jepang telah menjadi investor utama dalam infrastruktur ASEAN, khususnya di sektor transportasi dan energi.
Misalnya, investasi Jepang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proyek kereta api berkecepatan tinggi di Indonesia dan Thailand, serta inisiatif energi terbarukan di wilayah tersebut. Hubungan perdagangan Jepang dengan ASEAN ditandai dengan pertukaran teknologi dan manufaktur kelas atas. Khususnya, industri otomotif dan elektronik Jepang sangat terintegrasi ke dalam rantai pasokan ASEAN. Pada tahun 2024, fokus Jepang telah berkembang untuk menekankan promosi perdagangan digital dan teknologi ramah lingkungan, selaras dengan tujuan ASEAN dalam transformasi digital dan keberlanjutan.
Misalnya, Jepang telah berkolaborasi dengan Vietnam dan Malaysia dalam proyek energi terbarukan, dan juga berinvestasi pada teknologi manufaktur pintar di Thailand. Meskipun keterlibatan ekonomi Jepang dengan ASEAN sangat besar, Jepang menghadapi tantangan dalam bersaing dengan inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok yang ekstensif. Meskipun demikian, fokus Jepang pada proyek-proyek berkelanjutan berkualitas tinggi memberikannya keunggulan kompetitif di sektor-sektor di mana negara-negara ASEAN mencari kemitraan jangka panjang yang dapat diandalkan.
Kebijakan Baru ke Selatan (NSP) Korea Selatan
Kebijakan Baru Korea Selatan ke Selatan terus mendorong keterlibatan ekonomi dengan ASEAN pada tahun 2024. Korea Selatan memandang ASEAN sebagai mitra utama pertumbuhan ekonomi, dengan perdagangan antara kedua kawasan mencapai $180 miliar pada tahun 2023. Investasi Korea Selatan di ASEAN terkonsentrasi pada teknologi, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan. Secara khusus, perusahaan-perusahaan Korea Selatan memimpin investasi dalam ekonomi digital ASEAN, terlibat dalam proyek-proyek penting di bidang e-commerce, fintech, dan kota pintar.
NSP telah berperan penting dalam membina hubungan antar masyarakat yang lebih erat antara Korea Selatan dan ASEAN, dengan pertukaran pendidikan dan diplomasi budaya memainkan peran penting dalam memperdalam hubungan. Selain itu, Korea Selatan telah muncul sebagai pemimpin dalam investasi energi ramah lingkungan di ASEAN, dengan melaksanakan proyek energi surya, angin, dan hidrogen di seluruh kawasan. Misalnya, kemitraan Korea Selatan dengan Indonesia dalam produksi hidrogen ramah lingkungan merupakan langkah penting menuju pencapaian target energi terbarukan ASEAN.
Terlepas dari keberhasilan ini, Korea Selatan menghadapi persaingan dari Tiongkok dan Jepang di pasar ASEAN. Namun, dengan berkonsentrasi pada inovasi, digitalisasi, dan keberlanjutan, Korea Selatan menciptakan peluang yang melengkapi tujuan transformasi ekonomi regional yang lebih luas.
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) pada tahun 2024
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yang mulai berlaku pada tahun 2022, telah muncul sebagai elemen penting dalam integrasi perdagangan di Asia Timur, yang mencakup ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Pada tahun 2024, RCEP terus menyederhanakan peraturan perdagangan, menurunkan tarif, dan memfasilitasi peningkatan akses pasar di seluruh kawasan. ASEAN siap memperoleh manfaat besar dari RCEP, khususnya di sektor-sektor penting seperti manufaktur, pertanian, dan layanan digital. Namun, tantangan terhadap implementasi RCEP secara komprehensif masih ada. Negara-negara ASEAN yang lebih kecil menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap meningkatnya persaingan dari negara-negara yang lebih besar, seperti Tiongkok dan Jepang.
Selain itu, ketidakseimbangan perdagangan masih terjadi, khususnya antara ASEAN dan Tiongkok. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, negara-negara ASEAN harus memprioritaskan pengembangan kapasitas dan strategi pertumbuhan inklusif yang memungkinkan negara-negara kecil dapat memanfaatkan integrasi regional.
Rekomendasi
Untuk meningkatkan perdagangan dan pembangunan ekonomi di Asia Tenggara, ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan harus menekankan pembangunan berkelanjutan dan transformasi digital. Meningkatkan kerja sama di bidang energi ramah lingkungan, perdagangan digital, dan inovasi teknologi akan sangat penting bagi pertumbuhan di masa depan.
Selain itu, mitra regional harus berkonsentrasi pada perbaikan ketidakseimbangan perdagangan dan mendorong pembangunan inklusif untuk memastikan bahwa semua perekonomian memperoleh manfaat dari integrasi ASEAN. ASEAN harus terus mendiversifikasi kemitraan ekonominya untuk mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada satu mitra, khususnya Tiongkok, sambil membina hubungan yang seimbang dengan Jepang dan Korea Selatan.
Kesimpulan
Pada tahun 2024, integrasi ekonomi ASEAN dengan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan berada pada posisi yang baik untuk mendorong pertumbuhan di Asia Tenggara. Meskipun terdapat peluang besar dalam pembangunan infrastruktur, transformasi digital, dan energi ramah lingkungan, tantangan seperti ketegangan geopolitik, ketidakseimbangan perdagangan, dan persaingan antar kekuatan regional harus dikelola dengan hati-hati. Dengan memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif sambil mendorong inovasi, ASEAN dan negara-negara Asia Timur Laut dapat mengembangkan kawasan yang lebih sejahtera dan tangguh.
Pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis sendiri.
Referensi
- Baldwin, Richard. Konvergensi Hebat: Teknologi Informasi dan Globalisasi Baru. Pers Universitas Harvard, 2016.
- Stubb, Richard. Memikirkan Kembali Keajaiban Ekonomi Asia: Ekonomi Politik Perang, Kesejahteraan dan Krisis. Palgrave Macmillan, 2018.
- Dent, Christopher M. Regionalisme Asia Timur. Routledge, 2008.
- Zhang, Xiaoming. Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok dan ASEAN: Pertumbuhan Ekonomi dan Integrasi Regional. Pegas, 2021.